Rabu, 26 Januari 2011

PERKEMBANGAN MORFOLOGI KOTA PALANGKARAYA BERDASARKAN MOTIVASI

Palangkaraya adalah sebuah kota yang merupakan Ibu Kota Provinsi Kalimantan Tengah. Kota ini memiliki luas wilayah 2.678,51 km² dan berpenduduk sebanyak 168.449 jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata 62,89 jiwa tiap km² (sensus 2003). Palangkaraya merupakan kota dengan luas wilayah terbesar di Indonesia. Sebagian wilayahnya masih berupa hutan, termasuk hutan lindung, konservasi alam serta Taman Nasional Tangkiling.

Unsur Cosmic Palangkaraya
Penduduk asli Palangkaraya adalah suku dayak. Seperti kita ketahui bahwa suku dayak merupakan suku yang memiliki berbagai macam tradisi dengan mempertimbangkan banyak unsur magis di dalamnya. Leluhur nenek moyang Suku Dayak berasal dari China (Provinsi Yunan). Berdasarkan konsep desain kota Palangkaraya awal mulanya bahwa pembangunan kota Palangkaraya yang diawali dengan peletakan tiang pertama (sekarang benama Monumen Peletakan Batu Pertama), secara berurutan diikuti dengan pembangunan dermaga gubernuran, Kantor Gubernur, Istana Gubernur, dan Bundaran. Pada bundaran terdapat 3 (tiga) jalan yang memusat ke bundaran yaitu sekarang bernama JL. Tjilik Riwut, Jl. Yos Sudarso dan Jl. Imam Bonjol. Dan apabila poros Dermaga Gubernuran, Monumen, Kantor Gubernur, Bundaran besar dan Jl. Yos Sudarso ditarik garis lurus, maka akan didapati sumbu yang mengarah ke arah timur laut dan barat daya, dan bila diteruskan maka sumbu yang ke arah timur laut akan melintasi Sungai Kahayan yang menurut kebudayaan Dayak, sungai adalah sumber kehidupan. Sedangkan apabila sumbu yang kearah barat daya diteruskan tak terhingga ke arah barat daya, maka sumbu ini akan melintasi Kota Jakarta, diduga tepat di Istana Negara. Unsure cosmic berupa sumbu penghubung ini turut menjadi sedikit unsur magis dari perkembangan Kota Palangkaraya baik di masa lampau maupun ke depannya.

Unsur Practical Palangkaraya
Palangkaraya adalah kota yang terletak di tengah-tengah Pulau Kalimantan. Perkembangan di kota ini dikatakan cukup pesat. Pada kota ini terdapat suatu jalan yang berbentuk seperti jaring laba-laba dengan pusat berupa Bundaran Besar Kota Palangkaraya. Bundaran ini merupakan asal mula terjadinya kota (merupakan lapangan alun-alun atau kegiatan penduduk), kemudian dihubungkan di jalur-jalur jalan ke segala jurusan sebagai syarat pengembangan kota.
Fungsi Kota Palangkaraya adalah sebagai pusat pemerintahan. Kedudukannya sebagai Ibu Kota Provinsi Kalimantan Tengah menjadikan banyak terdapat bangunan tinggi gedung yang digunakan sebagai pelananan yang berbasis pemerintahan. Bundaran Besar sebagai simbol Kota Palangkaraya di sekelilingnya terdapat gedung-gedung pemerintahan tersebut, seperti Gedung DPR Provinsi Kalteng, Kantor Gubernur dan Kantor Walikota Palangkaraya.
Selain pusat pemerintahan, Kota Palangkaraya juga merupakan kota dengan aktivitas perdagangan dan bisnis yang berkembang pesat. Berbagai pusat perbelanjaan tumbuh subur di kota ini. Tercatat belasan tempat belanja, baik pasar tradisional maupun pasar swalayan dan mall berada di dalam kota untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Selain itu, bisnis perhotelan juga termasuk yang mengalami pertumbuhan progresif.
Berbagai macam aktivitas perdagangan dan bisnis tersebut tumbuh pesat dikarenakan adanya jalur transportasi yang baik. Jalur transportasi dari dan ke Kota Palangkaraya berupa jalur darat, udara, dan air. Sarana transportasi perairan merupakan sarana transportasi dari sungai yang terkenal di Palangkaraya yaitu Sungai Kahayan. Ditengah kota Palangkaraya sendiri terdapat Jembatan Kahayan diatas sungai Kahayan yang menghubungkan kedua tempat yang biasa disebut dengan Pahandut dan Pahandut Seberang. Di sekitar sungai ini pula cikal bakal Kota Palangkaraya berada.

Unsur Organic Palangkaraya
` Dahulu Pulau Kalimantan merupakan pulau yang masih jarang penduduknya. Salah satu cikal bakal pertumbuhan kota ada di daerah sekitar Sungai Kahayan. Dari tempat itu, Palangkaraya tumbuh dan berkembang, dari yang sebelumnya merupakan kota yang tidak terencana, menjadi kota yang terencana dengan baik dan menyesuaikan dengan perkembangan kota-kota di Indonesia lainnya.
Simbol fleksibelnya Kota Palangkaraya terdapat pada bangunan-bangunan yang berada di sekitar Sungai Kahayan. Morfologi Kota Palangkaraya terutama yang berada di tepian sungai berbentuk menyesuaikan dengan alur sungai. Saat ini, daerah sekitar Sungai Kahayan berdiri bangunan padat dan terkesan indah dengan liukan sungai sebagai batas. Perkembangan kota selanjutnya meluas ke arah pusat kota, yaitu di Bundaran Besar.
Pola tata bangunan ke arah Bundaran Besar memiliki kecenderungan mengikuti pola jalan, yaitu memiliki kecenderungan membentuk pola linear dan radial. Konfigurasi grid dan linear menciptakan pola orientasi bangunan menghadap ke jalan. Fungsi Jalan Yos Sudarso, Imam Bonjol, Tjilik Riwut, dan RTA Milono sebagai sumbu utama memiliki pola linear dengan titik akhir adalah Bundaran Besar dan Bundaran Kecil sebagai pusat konfigurasi radial. Pola konfigurasi jalan radial memiliki membentuk pola orientasi bangunan yang terfokus pada titik pusat radial. Pola titik pusat radial ini pada penerapannya di Kota Palangkaraya didefinisikan sebagai Bundaran Besar di dekat Rujab Gubernur dan Bundaran Kecil di dekat Kantor Gubernur Kalteng.

1 komentar:

Ella Febby Erliana mengatakan...

Terimakasih sangat bermanfaat

Posting Komentar